Stasiun Kereta Cepat di Padalarang Tak Punya Akses Keluar, KCJB dapat Kritik Keras dari Wakil Menteri BUMN

Dua stasiun Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) mendapat kritik keras dari Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo.

Bagaimana tidak, dua stasiun itu tak memiliki akses ke jalan besar, apalagi jalan tol bagi para penumpang.

Kedua stasiun kereta cepat itu adalah Stasiun Padalarang dan Stasiun Karawang.

Tidak adanya akses ke jalan raya membuat Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo sebal.

Padahal, proyek itu akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 18 Agustus 2023.

Dia pun mengaku heran dengan pola pikir manajemen PT Kereta Api Indonesia (Persero) dalam perencanaan Stasiun KCJB di Karawang dan Padalarang.

Saat kereta peluru akan segera beroperasi, akses jalannya justru belum rampung dibangun.

“Ini missed satu hal, November tahun lalu saya baru sadar, kita lupa mikirin akses stasiun. Ini saya sebal juga waktu kemarin sama anak-anak KAI. Akses stasiunnya itu belum dipikirin, tidak ada akses jalan ke tol sama jalan besar,” ungkap Kartika Wirjoatmodjo dikutip pada Minggu (6/8/2023).

Baca Juga:   SPBU Shell dan BP Menurunkan Beberapa Harga BBM-nya, Pertamina Tetap Bertahan

Tiko sapaan akrabnya mengatakan, KCJB ditargetkan beroperasi terbatas beberapa hari lagi, tapi akses jalannya disebut baru rampung pada akhir tahun nanti.

Kereta Cepat Jakarta-Bandung mulanya ditargetkan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 18 Agustus 2023.

“Ini makanya Karawang sama Padalarang baru akhir tahun, karena di Karawang itu kalau kita buka stasiunnya di depannya, tidak ada jalan,” beber Tiko.

Menurut Tiko, akses jalan merupakan hal paling mendasar dalam membangun infrastruktur.

Sehingga ia mengaku tak habis pikir dengan perencanaan yang dilakukan manajemen KAI karena sama sekali tidak memperhatikan akses jalan saat stasiun sudah beroperasi.

Baca Juga:   Queen of Tears, Drama Korea Hasil dari Reuni Akbar Para Penulis dan Bintang

“Ini stupid (bodoh) juga, kok bisa kelewatan. Stasiun jadi, kereta ada, tapi belum dibikin jalan di depannya. Itu bisa kelewatan juga. Saya bilang ini bagaimana perencananya, masa jalan enggak ada, baru sekarang mau dibangun,” papar dia.

Ia mengungkapkan, manusia memang tak luput dari kesalahan seperti lalai.

Namun, perkara ini tetap saja merupakan hal konyol lantaran tak ada satu pun yang saling mengingatkan dalam tim perencanaan yang berisi banyak orang di dalamnya.

“Nah tim itu, kalau yang sehat saling mengingatkan, ini ada yang kelupaan, ada yang belum. Nah ini penting,” ucap Tiko.

Baca Juga:   Profil Tom Lembong yang Disebut Gibran Dalam Debat Pilpres

Sebagai informasi, KAI bertindak sebagai pemimpin konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).

Konsorsium ini melibatkan sembilan perusahaan.

Dari Indonesia ada empat BUMN yaitu Wijaya Karya, Jasamarga, Perkebunan Nusantara VIII, dan KAI.

Sedangkan dari Cina adalah China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.

BUMN dari Indonesia lalu membentuk badan usaha bernama PT Pilar Sinergi BUMN dan dari Cina membentuk China Railway.

Lalu kedua perusahaan gabungan itu membentuk konsorsium PT KCIC.

PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia ini kemudian menggenggam saham sebesar 60 persen di PT KCIC.

Sementara sisa saham 40 persen dikuasai konsorsium Cina.

Loading