Zivanka Jadi Wisudawan Termuda ITB yang Baru Berusia 19 Tahun

Dalam momen wisuda Institut Teknologi Bandung (ITB) 28 Oktober 2023 lalu, nama Zivanka Nafisa Wongkaren mengisi jajaran wisudawan ITB termuda.

Perempuan yang akrab dipanggil Zizi tersebut lulus dari ITB di usianya yang ke-19 tahun. Ia merampungkan kuliah dari Program Studi Teknik Mesin kelas internasional.

Minatnya terhadap dunia mekatronika tersebut berawal dilatarbelakangi hobinya membuat kerajinan origami dan menyusun mainan lego. Dari permainan tersebut, Zizi mengaku dapat mengkonstruksi robot-robot sendiri sesuai dengan imajinasinya.

Di bangku sekolah, kecerdasan akademik Zizi membuatnya sering lolos program akselerasi. Ia menamatkan pendidikan SD selama lima tahun, SMP dua tahun, dan SMA pun dua tahun.

“Berbekal ilmu tersebut, aku membayangkan akan bisa membuat barang apapun yang ada di benakku. Tentunya pada usia 14 tahun, prospek pekerjaan bukanlah pertimbangan utama bagi aku. Namun, akhirnya aku menjatuhkan pilihan untuk menekuni Teknik Mesin karena bidang ini memberikan wawasan bermanfaat tentang sistem mekanika,” kata Zizi, dikutip dari laman ITB.

Baca Juga:   Ingin Kuliah Kelas Karyawan Murah Berkualitas di Jakarta, Kelas Karyawan Universitas Dian Nusantara (UNDIRA) Pilihan Tepat

Di bangku sekolah, kecerdasan akademik Zizi membuatnya sering lolos program akselerasi. Ia menamatkan pendidikan SD selama lima tahun, SMP dua tahun, dan SMA pun dua tahun.

“Berbekal ilmu tersebut, aku membayangkan akan bisa membuat barang apapun yang ada di benakku. Tentunya pada usia 14 tahun, prospek pekerjaan bukanlah pertimbangan utama bagi aku. Namun, akhirnya aku menjatuhkan pilihan untuk menekuni Teknik Mesin karena bidang ini memberikan wawasan bermanfaat tentang sistem mekanika,” kata Zizi, dikutip dari laman ITB, Rabu (29/11/2023).

Riset soal AI dan Reinforcement Learning

Dalam membuat tugas akhir, Zizi mengambil topik pengamatan tentang implementasi Deep Reinforcement Learning (DRL) dalam parkir lurus mundur yang diajukan untuk kendaraan otonom. Dalam menyelesaikan tugasnya, Zizi mendapat bantuan dari Laboratorium Dinamika, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) ITB dan Pusat Riset Mekatronika Cerdas LIPI BRIN.

Baca Juga:   Kemendikbudristek Cabut Izin Operasional 17 Perguruan Tinggi

“Selama riset ini berlangsung, aku belajar banyak hal tentang dunia AI dan reinforcement learning dalam berbagai teknis. Tugas utama aku melakukan kajian dari riset-riset terdahulu mengenai DRL dan mencoba memodifikasi dan mengimplementasikannya. Metode tersebut diterapkan ke dalam lingkungan virtual yang dipakai untuk simulasi parkir dengan ketentuan khusus,” ujarnya.

Ia menganggap bahwa tugas akhir yang berhasil diraih merupakan wujud dari jerih payah mahasiswa dalam mengerjakan riset.

“Dosen-dosen pembimbing telah menganggap kita sebagai kolega yang berpengetahuan dan professional,” ungkapnya.

Punya Impostor Syndrome

Walau Zizi termasuk mahasiswa jenius, namun ia tetap merasa tidak percaya diri melihat kepandaian teman-teman kelasnya. Menurutnya, dinamika perkuliahan di ITB cukup berat. Ia pun mengalami impostor syndrome.

Dengan tuntutan perkuliahan yang tak mudah, hal tersebut membuatnya terbiasa mengerjakan beban kuliah berat, terlebih pada semester 5. Dari sana, ia belajar tak lagi membandingkan dirinya dengan teman-teman, namun dengan dirinya di masa lalu.

Baca Juga:   Kelas Karyawan S1 Psikologi di Jakarta Bekasi Tangerang

“Aku orang yang cukup kompetitif. Pikiran yang aku tanamkan adalah, jika temanku bisa, aku juga harus bisa. Aku mau mencurahkan tenaga dan pikiran untuk menjadi peneliti. Saat menerima materi, aku mengenyahkan pikiran jika mata kuliah yang dipelajari susah. Aku ubah mindset-nya jika teori di mata kuliah itu bisa diimplementasikan saat aku membuat robot. Aku jadi lebih fokus mengasah skill, bukan semata mencari nilai,” tegasnya.

Keinginannya menjadi peneliti membuat Zizi berencana melanjutkan S2 sekaligus mencoba melamar pekerjaan. Menurutnya, ia akan terus menunjukkan keseriusan dalam melakukan riset.

“Aku sudah terlanjur jatuh cinta dengan belajar dan riset. Sepertinya aku sudah ketagihan dan tidak bisa hidup tanpa dua hal itu,” katanya.

Loading