Salam Merdeka ala Sukarno: Lima Jari Terbuka

Salam merdeka belakangan mendapat sorotan pada momentum perayaan HUT Kemerdekaan ke-78 RI.

Hal ini bermula dari seruan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), Anies Baswedan saat upacara HUT RI di kawasan Lebak Bulus, Jakarta Selatan.

Anies mengajak masyarakat untuk memekikkan merdeka dengan tangan terbuka.

“Salam kebangsaan itu tangannya tidak mengepal, salam kebangsaan itu dengan tangan terbuka, itulah yang ditunjukkan oleh Presiden pertama Republik Indonesia pada 31 Agustus 1945,” kata Anies di lokasi yang tak jauh dari rumahnya, Kamis (17/8).

Anies lantas melontarkan kata ‘merdeka’ dengan tangan terbuka, yang ditirukan warga yang mengikuti upacara.

Pernyataan ini pun mendapat respons dari Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto. Hasto menjelaskan pekikan kemerdekaan itu dilakukan dengan mengepalkan tangan.

Hasto mengatakan kepalan itu merupakan bentuk spirit pejuang yang menyimbolkan arti lima Pancasila menjadi satu.

Baca Juga:   Setelah Lebih dari Dua Tahun, WHO Umumkan Berakhirnya Kedaruratan Pandemi COVID-19

Selain itu, ia juga mengartikan kepalan tangan sebagai kekuatan gotong royong dalam melawan kapitalisme dan imperialisme.

“Jadi yang diambil kan spirit juangnya di mana tangan mengepal itu lima Pancasila menjadi satu. Kekuatan gotong-royong, kita lawan kapitalisme, dan imperialisme,” ujar Hasto di Sekolah PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (17/8).

“Itu maknanya dapat disampaikan ke Pak Anies,” ujarnya.

Lantas bagaimanakah salam merdeka yang benar dari Presiden pertama sekaligus tokoh Proklamator RI, Soekarno (Bung Karno) itu?

Dilansir dari laman Museum Perumusan Naskah Proklamasi (Musasprok), Bung Karno mengeluarkan ‘Maklumat Pemerintah’ pada 31 Agustus 1945 yang menetapkan pekik perjuangan ‘Merdeka’ sebagai salam nasional, berlaku mulai 1 September 1945.

“Sejak 1 September 1945 kita memekikkan pekik ‘Merdeka’, perjuangkan terus pekik itu sebagai perjuangan jiwa yang Merdeka! Jiwa yang merdeka, yang berjuang dan bekerja! Berjuang dan bekerja buktikan itu,” demikian tertulis di sana.

Baca Juga:   Cara Perpanjang SIM Online

Maklumat itu juga disinggung dalam buku biografi yang ditulis jurnalis AS, Cindy Adams. Buku berjudul ‘Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia’ itu ditulis Adams berdasarkan wawancara langsung dengan Soekarno.

Dalam buku itu, Bab ke 27 ‘Revolusi Mulai Berkobar’ halaman 339 tertulis, Bung Karno mengaku terinspirasi dari junjungan besar umat Islam, Nabi Muhammad SAW yang mengajarkan tradisi salam untuk mempersatukan umatnya. Karena itu, dia mengaku mendapat pencerahan untuk memekikkan salam kemerdekaan untuk bangsa Indonesia.

“Pada tanggal satu September aku menetapkan supaya setiap warga negara Republik memberi salam kepada yang lain dengan mengangkat tangan, kelima jari terbuka lebar – yang maksudnya lima sila – dan meneriakkan, Merdeka!,” demikian ditulis dalam buku itu, di mana ‘aku’ merupakan Sukarno.

Baca Juga:   Resmi Diumumkan Megawati, Mahfud MD jadi Cawapres Ganjar

“Sebagaimana Nabi Besar Muhammad SAW telah menemukan ucapan salam untuk mempersatukan umatnya, maka turun pula lah suatu ilham dari Allah SWT untuk memekikkan suatu salam kebangsaan dari bangsa Indonesia,” kelanjutannya.

Salam kemerdekaan ala Soekarno pun dipertegas oleh seorang penulis biografi dan pemikiran, mendiang Peter Kasenda. Pada akun twitter @komunitasbambu, Peter memperagakan salam kemerdekaan dengan membuka lebar kelima jarinya.

“Artinya apa? Artinya lima, Pancasila,” ujarnya dalam rekaman video yang diunggah akun tersebut.

Sebagai informasi, Peter banyak menulis buku seputar Sukarno. Beberapa di antaranya adalah 90 Tahun Bung Karno (1991), Kembali ke Cita-Cita Proklamasi 1945 (2010), Heldy Cinta Terakhir Bung Karno (2011), dan Hari-Hari Terakhir Sukarno (2012).

Loading