Pengungsi Rohingya tidak akan bisa pulang ke Rakhine hingga warga lokal Myanmar siap untuk menerima mereka. Hal ini menimbulkan keraguan terhadap niat pemerintah Myanmar untuk mulai proses repatriasi etnis minoritas muslim Rohingya yang banyak mengungsi ke Bangladesh.
Sejak konflik di Rakhine kembali pecah pada Agustus lalu, lebih dari 600 ribu warga Rohingya mengungsi ke Bangladesh demi menghindari operasi militer Myanmar. PBB menyebut operasi bumi hangus oleh militer Myanmar itu mengarah pada pembersihan etnis.
Komandan Militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing, dengan tegas menyangkal semua tudingan dan bersikeras menyatakan tentaranya hanya menargetkan militan Rohingya yang mengacau di Rakhine.
Dia turut mengobarkan sentimen anti-Rohingya di kalangan warga penganut Buddha di Myanmar dengan menyebut Rohingya sebagai penyusup asing dari Bangladesh, meskipun kebanyakan Rohingya telah tinggal di Myanmar selama beberapa generasi.
Yang terbaru, seperti dilansir AFP, Kamis (16/11/2017), Jenderal Hlaing mengisyaratkan proses repatriasi ratusan ribu pengungsi Rohingya jauh dari terlaksana. Melalui akun Facebook resminya, Jenderal Hlaing menyatakan kepulangan Rohingya harus diterima oleh etnis Buddha di Rakhine.
Faktanya, kebanyakan warga lokal penganut Buddha di Rakhine sangat membenci Rohingya dan mereka dituding membantu tentara Myanmar dalam membakar rumah-rumah warga muslim.
“Penekanan harus ditempatkan pada harapan warga etnis lokal Rakhine yang merupakan warga Myanmar sesungguhnya. Hanya ketika warga etnis lokal Rakhine menerima, baru semua orang akan puas,” demikian pernyataan Jenderal Hlaing melalui akun Facebook-nya.
Komandan Militer Myanmar itu juga menyatakan Myanmar tidak akan mengizinkan kepulangan seluruh pengungsi Rohingya yang kini ada di Bangladesh. “Tidak mungkin untuk menerima jumlah orang yang diajukan oleh Bangladesh,” ucap Jenderal Hlaing, sambil menyebut pengungsi Rohingya sebagai ‘teroris’ yang kabur dengan keluarga mereka.
Komentar keras Jenderal Hlaing ini disampaikan satu hari setelah dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson. Dalam pernyataannya pada Rabu (15/11), Menlu Tillerson meminta militer Myanmar untuk mendukung upaya pemulangan seluruh pengungsi Rohingya.
Otoritas Bangladesh dan Myanmar sebelumnya mencapai kesepakatan atas pemulangan pengungsi Rohingya, meskipun rinciannya masih belum jelas. Pertanyaan yang muncul seperti berapa banyak Rohingya yang dipulangkan, di mana mereka akan tinggal setelah rumah mereka dibakar dan bagaimana nantinya mereka akan hidup berdampingan dengan warga Myanmar lainnya, masih belum terjawab.