
Vivi, seorang mantan anggota pertunjukan sirkus di Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Bogor, mengaku pernah menjadi korban kekerasan fisik yang dilakukan oleh atasannya yang bernama Frans.
Ia mengisahkan bahwa kejadian tersebut dialaminya ketika masih berusia remaja. Selama menjadi bagian dari tim sirkus di TSI, Vivi menyatakan sering mendapatkan perlakuan yang tidak manusiawi.
Karena tak tahan dengan perlakuan yang terus-menerus menyakitkan, Vivi akhirnya memutuskan untuk melarikan diri pada malam hari dengan menyusuri hutan hingga sampai di wilayah Cisarua, Bogor.
“Saya kabur karena sering disiksa, disuruh latihan, dipukulin. Saat orang-orang tidur, saya tetap disuruh latihan, akhirnya jam 1 malam saya nekat kabur sendirian dari rumah Pak Frans,” ujar Vivi dikutip dari tayangan YouTube Forum Keadilan TV, Kamis 17 April 2025.
Sesampainya di Cisarua, Vivi mendapat pertolongan dari seseorang yang bekerja di salah satu restoran di Taman Safari. Ia sempat tinggal bersama orang tersebut selama tiga hari, hingga akhirnya keberadaannya diketahui oleh petugas keamanan TSI.
“Begitu tiga hari, saya mau keluar, pas di depan rumahnya ternyata ada sekuriti Taman Safari. Saya diajak balik, tapi saya menolak. Dia jamin saya tidak dipukuli lagi. Yaudah saya ikut. Mau nggak mau saya pulang, saya juga bingung mau lari ke mana lagi,” ujar vivi.
Namun, apa yang dijanjikan tidak sesuai dengan kenyataan. Setibanya di Taman Safari, Vivi mengaku kembali mengalami perlakuan kasar yang lebih parah.
“Lalu dibawa kembali di pos sekuriti. Terus gak lama saya dijemput sama pak Frans dan saya dibawa pulang. Di jalan saya langsung dipukul. Saya udah gemeteran,” kisahnya.
“Sesampainya di rumah, saya diseret dari mobil ke dalam kantor. Tak lama kemudian dia mengambil alat setrum dan menyetrum tubuh saya, bahkan sampai ke bagian organ intim saya. Dia marah sambil berteriak kasar, menuduh saya kabur,” lanjut Vivi.
Terakhir Vivi menuturkan bahwa saat peristiwa keji tersebut terjadi, tidak ada saksi lain di dalam ruangan. “Saya minta ampun, pokoknya nggak boleh bersuara. Kalau bersuara malah ditambahin lagi siksaannya. Terus saya diseret, rambut saya dijambak, disuruh diam, tak boleh ada suara. Saat itu saya sudah lemas, menggigil,” ungkapnya.
Be the first to comment