Lawu Sempat Trending Topik, Menguak Mistis Kembalinya Sumpah Brawijaya di Puncak Gunung Lawu

Berikut informasi yang akan kami sampaikan mengenai Menguak Kembali Sumpah Brawijaya di Puncak Gunung Lawu, sebagai berikut:

Gunung Lawu sempat menjadi trending topik di media sosial Twitter. Banyak cerita misteri kembali diceritakan siapa saja yang pernah naik ke puncak Gunung terletak di perbatasan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah dan Magetan,Jawa Timur ini.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Gunung Lawu juga tak bisa terpisahkan dari para raja di Nusantara. Mulai dari kerajaan Kahuripan dengan rajanya Airlangga, Majapahit di era Brawijaya V, Demak dengan Radeh Patah tak bisa terpisahkan dari Gunung yang dahulu bernama Wukir Mahendra.

Namun dari sekian kerjaaan,hanya satu yang sangat erat kaitannya dan tidak bisa di pisahkan dengan sejarah kerajaan terbesar di nusantara, yaitu kerajaan Majapahit.

Berdasar cerita yang beredar di masyarakat sekitar wilayah Gunung Lawu, Gunung tertua di pulau Jawa ini yang sempat meletus pada 28 November 1885 ini, terkenal sebagai tempat mengasingkan diri raja Majapahit terakhir yaitu Brawijaya V.

Baca Juga:   BMKG Minta Masyarakat Waspada Gempa Susulan

Brawijaya tak seorang diri menghabiskan sisa masa hidupnya sebagai seorang pertapa. Raja Majapahit terakhir ini di dampingi dua abdi dalem setianya yaitu Sabdo Palon dan Noyo Genggong.

Menurut salah satu spiritual Jawa sekaligus juru kunci Gunung Malang yang merupakan anak dari Gunung Lawu,Budiyanto menjelaskan, Lawu bisa di katakan gunung jaman purbakala.

Gunung Lawu,ungkap Budiyanto, menjadi salah satu pusat budaya dan tempat sakral di pulau Jawa. Erat kaitannya dengan Majapahit. Karena banyak sekali peninggalan Majapahit di gunung Lawu dan sekitarnya. Sebagai bagian sejarah peninggalan yang sampai saat ini masih dapat dinikmati keindahaanya.

“Misalnya Candi Ceto, Candi Sukuh, meski bukan dibangun oleh Brawijaya, namun bukti-bukti bila raja terakhir Majapahit itu pernah singgah di kedua candi itu pun ada. Termasuk juga petilasan Raden Brawijaya di puncak Lawu yakni Cungkup (rumah kecil yang ditengah-tengahnya terdapat kuburan),” jelas Budiyanto, Minggu (2/8/2020).

Konon Gunung Lawu di keramatkan karena lawu menjadi tempat pelarian Prabu Brawijaya dari kejaran anaknya Raden Patah. Di sana  terdapat batu nisan yang di percaya merupakan Petilasan Prabu Brawijaya, yang oleh penduduk sekitar di sebut  Sunan Lawu.

Menurut cerita yang beredar di masyarakat seputar Lawu, Raden Brawijaya lari ke Gunung lawu karena mendapat wangsit bahwa kejayaan Majapahit dengan kepercayaan hindu akan memudar dan diganti dengan kejayaan Kerajaan baru yaitu Demak.

Raden Patah sangat berharap agar ayahnya mau mengikuti kepercayaan yang dianut oleh Raden Patah. Namun Prabu Brawijaya menolak dan memilih menghindar dari pertumpahan darah. Selain menjauh dari kejaran putranya, Prabu Brawijaya juga menghindar dari kejaran pasukan Adipati Cepu yang memiliki dendam kesumat kepada Prabu Brawijaya. Terlebih lagi Adipati Cepu tahu bila Kerajaan Majapahit mulai runtuh. Sehingga membuat Adipati Cepu semakin berani menentang Brawijaya.

Baca Juga:   Ini Rute Baru DAMRI: Petualangan ke Gunung Bromo dan Pantai Balekambang Lebih Mudah

Prabu Brawijaya terus lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara. Karena kecewa dan sakit hati terus di kejar pasukan adipati Cepu, di puncak Gunung Lawu, Prabu Brawijaya V mengeluarkan sumpah kepada Adipati Cepu yang konon isinya jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau dari keturunan langsung Adipati Cepu naik ke Gunung Lawu, maka nasibnya akan celaka.

Lalu sumpah Prabu Brawijaya V ini sampai sekarang tuahnya masih diikuti oleh orang-orang dari daerah Cepu terutama keturunan Adipati Cepu yang ingin mendaki ke Gunung Lawu, mereka masih merasa takut jika melanggarnya. Wallahu a’lam

Demikian informasi yang kami berikan, semoga bermanfaat.

 

Sumber :

– Okezone.com dan diolah dari berbagai sumber

 

Loading