Indikasi awal menunjukkan bahwa pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dan pengawalnya tewas ketika sebuah roket menghantam rumah tempat dia tinggal di Teheran, Iran.
Semua mata pasti akan tertuju pada Israel, yang bersumpah untuk memburu dan menghukum semua pemimpin Hamas menyusul serangan pada 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan berujung pada pertikaian tak berkesudahan di Gaza.
Israel biasanya tidak memberikan komentar atas operasinya di luar negeri, namun serangan ini mungkin mengikuti pola yang sama dengan operasi Israel yang menargetkan pertahanan udara Iran di sekitar fasilitas nuklir Natanz pada 19 April silam.
Pesawat jet Israel diyakini telah menembakkan roket dari luar wilayah udara Iran.
Akan tetapi, kendati rincian mengenai serangan tersebut perlahan-lahan terungkap, konsekuensi politik dari kematian Haniyeh juga mulai menjadi fokus.
Dampak paling nyata adalah kemungkinan kerugian terhadap upaya perundingan gencatan senjata di Gaza.
Ismail Haniyeh mungkin tidak bertanggung jawab atas kejadian sehari-hari di Gaza yang merupakan wilayah kekuasaan komandan militer Yahya Sinwar tetapi sebagai pemimpin Hamas di pengasingan, dia adalah tokoh kunci dalam negosiasi yang ditengahi oleh Qatar, Amerika Serikat (AS) dan Mesir.
Getty ImagesDampak yang paling nyata adalah kemungkinan kerugian terhadap upaya perundingan gencatan senjata di Gaza.
Para pejabat AS baru-baru ini menyatakan bahwa perundingan gencatan senjata mungkin akan mencapai kesepatan, meskipun pertemuan di Roma, Italia, akhir pekan lalu tidak menghasilkan terobosan.
Namun sangat sulit melihat kemajuan apa pun yang bisa dicapai setelah pembunuhan Ismail Haniyeh.
Apalagi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memperingatkan warga Israel bahwa “hari-hari yang penuh tantangan akan segera tiba”, di tengah kekhawatiran konflik di Timur Tengah semakin meningkat.”Sejak serangan di Beirut, ada ancaman dari segala arah,” katanya dalam pidato yang disiarkan televisi.
“Kami siap menghadapi skenario apa pun dan kami akan bersatu dan bertekad melawan ancaman apa pun.”
Mengapa serangan terhadap Ismail Haniyeh dilakukan sekarang?
Kematian Ismail Haniyeh memicu pertanyaan: Jika ini adalah operasi Israel, mengapa hal itu dilakukan?
Selain keinginan untuk membalas dendam pada siapa pun yang terkait dengan Hamas, apa yang ingin dicapai Israel?
Kementerian Luar Negeri Turki telah menyimpulkan kemungkinan reaksi banyak pihak di kawasan.
“Sekali lagi terungkap bahwa pemerintahan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu tidak berniat mencapai perdamaian,” katanya dalam sebuah pernyataan. Di Ramallah, markas besar Otoritas Palestina, berita kematian Haniyeh disambut dengan cemas.
“Ini membuka pintu neraka,” kata Sabri Saidam, wakil sekretaris jenderal Komite Sentral partai yang berkuasa, Fatah, kepada BBC.
Saidan mengatakan perasaan campur aduk antara syok dan marah terkait kematian Haniyeh.
“Saya merasa Israel tidak hanya menargetkan kehidupan Ismail Haniyeh,” katanya, “tetapi juga keberlangsungan permukiman di wilayah tersebut. Israel telah membunuh semua harapan dan aspirasi untuk mengakhiri permusuhan.”
Fatah dan Hamas telah lama menjadi rival, terkadang rivalitas berdarah. Namun Saidam dengan tegas menolak anggapan bahwa Fatah mungkin mendapat keuntungan dari kematian pemimpin Hamas tersebut.
“Dalam politik Palestina belum pernah ada perasaan bahwa kepemimpinan melalui eliminasi adalah jalan ke depan,” katanya.
“Bahkan, hal itu justru menciptakan lebih banyak kebencian dan perselisihan.”
Seruan demonstrasi telah digaungkan di Ramallah dan di seluruh Tepi Barat.
Toko-toko tutup dan aksi protes diadakan yang bisa menjadi momen canggung bagi Otoritas Palestina di Ramallah.
Jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Ismael Haniyeh jauh lebih populer dibandingkan Presiden Palestina, Mahmud Abbas.
EPA
Waktu terjadinya pembunuhan Haniyeh menunjukkan bahwa ini adalah bagian yang lebih luas dari ancaman pembalasan Israel atas serangan roket yang menewaskan 12 anak-anak dan remaja Druze di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel pada Sabtu (27/07). Israel menuduh Hizbullah sebagai dalang di balik serangan itu. Pembalasan itu mencakup pembunuhan seorang komandan senior Hizbullah di Beirut pada Selasa (30/07).
Israel telah memperingatkan bahwa reaksi mereka terhadap serangan di Dataran Tinggi Golan akan keras.
Para pejabat Israel secara teratur menekankan bahwa Iran adalah pusat dari apa yang disebut “arus perlawanan” di Timur Tengah, yang mencakup Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza dan Tepi Barat, dan Houthi di Yaman.
Setelah melancarkan serangan terhadap Hizbullah di Beirut dan baru-baru ini terhadap Houthi di Hodeidah pembunuhan pemimpin Hamas di Iran mengirimkan pesan yang tegas dan mengerikan kepada kelompok milisi dan pendukung mereka di Iran: Israel dapat dan akan mengejar Anda, di mana pun Anda berada.
Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, dilaporkan tewas di Iran
Mengapa Iran dibawa-bawa dalam pertikaian Israel-Hamas?
Pemimpin Hizbullah peringatkan Israel setelah tokoh Hamas dibunuh – ‘Kami tidak takut perang’