
Sebuah video yang sedang ramai diperbincangkan di media sosial menunjukkan seorang anak sekolah dasar (SD) menyampaikan langsung permohonannya kepada Presiden Prabowo Subianto. Dalam video tersebut, anak bernama Acil itu meminta agar jalan rusak di daerah asalnya, Tulang Bawang, Lampung, segera diperbaiki. Ia mengungkapkan betapa sulitnya akses jalan yang setiap hari ia lalui untuk pergi ke sekolah karena kondisi jalan yang berlumpur dan licin.
Persoalan infrastruktur di Lampung kembali mencuat, khususnya di Kampung Pasiran Jaya, Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, yang mengalami kerusakan jalan cukup parah.
Tanpa ragu, Acil menyampaikan keluhannya kepada Presiden dengan nada polos namun penuh harap. Ia menyoroti ketidakhadiran pemerintah daerah dalam menangani permasalahan ini meski kerusakan jalan semakin parah dari waktu ke waktu.
“Hormat Pak Jenderal, kapan jalan ini mau diperbaiki? Jalan di kampung kami rusak parah, orang-orang jatuh karena licin. Tolong segera dibangun,” ucapnya dalam video yang kini tersebar luas di berbagai platform media sosial.
Jalan yang rusak ini membentang sekitar empat kilometer dan menjadi akses penting yang menghubungkan belasan desa. Selain itu, jalur ini juga merupakan penghubung utama antara Kabupaten Tulang Bawang dan Kabupaten Lampung Tengah. Setiap kali hujan turun, jalan tersebut berubah menjadi genangan lumpur, menyulitkan kendaraan untuk melintas.
Hasan, seorang sopir truk berusia 55 tahun yang sehari-hari melintasi jalan itu, mengungkapkan bahwa kerusakan tersebut sudah berlangsung selama 15 tahun.
“Jalan ini rusak terus dan sangat licin. Tolonglah kami, jangan hanya duduk nyaman di atas. Lihat kondisi kami di sini. Jalan ini benar-benar menyulitkan,” kata Hasan pada Kamis (17/4/2025).
Masyarakat setempat kini berharap agar Pemerintah Kabupaten Tulang Bawang segera bertindak untuk memperbaiki jalan tersebut. Mereka khawatir, jika dibiarkan, kerusakan ini akan semakin mempersulit kegiatan ekonomi warga yang sebagian besar menggantungkan penghasilan dari sektor pertanian.
Be the first to comment