Seorang pria berinisial MA tewas dibakar massa karena diduga mencuri amplifier untuk pengeras suara di musala Al-Hidayah, Babelan, Kabupaten Bekasi. Marbut musala, Rojali, menjadi saksi kunci peristiwa pencurian yang terjadi pada Selasa (1/8) sore itu.
Kecurigaan Rojali terhadap MA bermula saat dirinya berpapasan dengan MA di musala tersebut, usai dirinya menunaikan salat ashar dan sedang membersihkan serta menata musala untuk acara keagamaan malam harinya.
“Setelah saya mengidupkan Sanyo (mesin air) yang ada di samping, saya jalan turun ke depan masjid dan saya berpapasan dengan orang yang inisialnya MA itu. Saya tak kenal dia. Saya mau ke counter saya yang tak jauh dari musala meladeni pembeli, dia (MA) masuk ke musala,” ujarnya seperti dilaporkan kumparan.com, di Musala Al-Hidayah, Sabtu (5/8/2017).
Setelah melayani pembelinya, Rojali langsung kembali ke musala dan membersihkan pelataran belakang musala. Saat itu ia sempat tak melihat keberadaan MA, namun sebuah motor Revo berwarna merah masih terparkir di halaman musala.
“Nah setelah itu saya aktifitas di belakang nyiram-nyiram, kemudian ada yang beli pulsa lagi. Setelah saya layani, saya balik ke musala lagi. Nah saat perjalanan balik ke musala itu saya sempat lihat si MA jalan ke tempat wudlu dan dia langsung masuk musola,” kata Rojali.
“Musala kita kacanya gelap, kalau dari dalam keliatan kalau dari luar gak keliatan, jadi aktifitas di dalam kita tidak pernah keliatan. Lalu posisi ditutup dari dalam karena AC selalu stand by, saya enggak tahu apa yang dilakukan dia di dalam,” lanjutnya.
Tak lama kemudian, kata Rojali, MA keluar dari dalam masjid dan kembali berpapasan kedua kalinya dengan dirinya di pekarangan tempat MA memarkir motornya. Namun lagi-lagi, tak ada tegur sapa sama sekali saat itu.
Kecurigaan Rojali semakin bertambah saat ia mendapati pintu musala tak tertutup rapat usai MA keluar.
Ia semakin yakin bahwa MA bukan warga asli Babelan, sebab menurutnya warga yang biasa datang ke musala tersebut selalu menutup pintu musala rapat-rapat, karena musala itu kerap disinggahi berbagai ternak warga akibat tak dikelilingi pagar.
“Saat dia awal mau masuk musala, dia parkir di samping counter saya kepapasan, pulangnya pun kami kepapasan juga. Antara dia masuk kemari sama keluar, kami papasan, dua kali papasan tanpa tegur sapa sama sekali, enggak ada basa basi. enggak ada tegur sapanya sama sekali,” jelas Rojali.
“Dari situ saya sudah mulai curiga sebenarnya. Tambah lagi pas ketika dia mau keluar naik motor, selain enggak ada tegur sapa, saya liat posisi pintu masjid ini juga dalam kondisi tidak tertutup seperti awal. Saya berpikir kok cuma nutup pintu saja apa susahnya. Padahal kalau di sini kadang kambing, ayam, bisa masuk karena kita posisi enggak ada pagar,” imbuhnya.
Rojali pun melanjutkan aktifitasnya. Saat ia tengah membersihkan area wudlu, salah seorang warga setempat yang akrab disapa Mang Haji Zainul, datang ke musala untuk mengecek kesiapan alat-alat yang akan digunakan malam hari untuk acara kegamaan.
“Enggak lama kemudian sekitar 15 sampai 20 menit, Mang Zainul datang ke musala bawa mic, mau ngetes. Karena mic kita di sini suaranya bagus tapi putus-putus. Kalau untuk azan masih bisa, tapi kalau untuk acara-acara seperti acara haul harus butuh alat yang lebih bagus. Nah mamang saya itu pecinta sound system, ngerti dia sama kayak gitu,” jelasnya.
Namun saat ingin mengganti mic tersebut, kata Rojali, Mang Zainul memanggil dirinya dengan setengah berteriak karena tak menemukan amplifier pengeras suara di musala tersebut.
“Dia bilang ampli enggak ada, saya bilang tadi ada saya pake azan ashar. Saya jalan kemudian masuk ke musala, betul ampli udah enggak ada. Cuma saya tadi daritadi emang udah curiga sama orang itu (MA), secara spontanitas batin saya mengatakan itu orang yang tadi yang makai motor merah (yang ngambil),” jelas Rojali.
“Si mamang udah pasrah ‘ya udah ilang dah’, pesimis dia. Tapi kalau saya saya mikir itu belum lama, kemudian saya ambil mobil saya kejar. Dalam perjalanan saya berdoa ya Allah semoga motornya dia kempes atau apalah, sehingga saya ketemu dengan dia,” imbuh dia.
Singkat cerita, setelah berkeliling beberapa belas menit menyusuri sejumlah jalan ke arah Desa Muara dan Kali Karawang, akhirnya Rojali berhasil menemukan MA, tak jauh dari kawasan Kampung Soga.
“Saya pas belokan Muara itu saya ketemu sama pelaku. Kenapa saya langsung ingat karena saya dua kali papasan dan motornya belum ada satu jam saya lihat. aktifitas saya abis salat asar sampai ampli hilang saya kan enggak ke mana-mana, siapa pun yang masuk ke musala di jam itu, pasti saya tahu, dan itu tadi hanya orang itu yang masuk musala,” ungkapnya.
Tanpa pikir panjang, Rojali pun langsung menghampiri MA yang sedang menepi di pinggir jalan di atas motornya. MA terkejut dengan kedatangan Rojali, dan langsung menyalakan motornya. Nahas, MA malah jatuh ke dalam sungai kemudian lari terbirit-birit ke arah seberang sungai.
“Lalu langsung saya temuin ‘mas sebentar mas’, kalimat saya juga enggak macam-macam, maksud saya maksudnya saya temui dulu, saya hampiri dia, dia langsung kaget, secara spontan ngegas motor naik ke arah Karawang itu, dan dia langsung jatuh ke dalam kali, langsung lari. Saya tidak teriakin dia maling tidak, tidak kejar dia. Saya langsung mengambil motornya karena posisi motor di jalan,” jelasnya.
“Ternyata ada ampli di sana dan itu setelah diangkat motornya dan cek amplinya, ternyata benar ampli musala kita. Terlihat dari potongan kabelnya, di atas bagian amplinya ada kotoran burung, karena plapon kita belum ada, suka ada burung gereja yang buang kotoran di situ. Itu mereknya juga TOA, saya kenal ampli itu,” imbuh Rojali.
Saat Rojali sedang sibuk membenarkan poisi motor MA yang terjatuh dan mengamankan ampli masjid, MA yang kabur terjebak di kerumunan massa yang sebagian besar terdiri dari sekelompok anak-anak muda.
“Yang ngejar massa banyak sekali karena di sana banyak anak muda sangat banyak. Setelah si MA tersebut lari, saya kan sedang mengamankan motor dan ngecek ampli segala macem, nah setelah itu ada bapak yang identitasnya tidak saya ketahui tapi saya inget betul dia hampiri saya,” ungkap Rojali.
“Dia bilang ‘pak kalau bisa itu dikasih tau itu dia bukan maling motor gitu’, kemudian saya juga langsung lari menuju kerumunan massa lumayan jauh, saya temuin dia, dia langsung pegang kaki saya dan mohon maaf, ‘pak mohon maaf’ sambil nangis, saya bilang ‘gak usah nyembah-nyembah’ terus saya bilang ke massa dia gak ambil motor cuma ambil ampli,” lanjutnya.
Rojali pun mengingatkan massa yang sedang diliputi amarah untuk tidak menghakimi MA.
“Tolong jangan main hakim sendiri, karena massa sudah segitu banyaknya, ada bapak-bapak tinggi besar pakai sorban di situ, pak haji gitu juga bilang ‘jangan main hakim sendiri lho’ saya udah berupaya utk melerai jangan sampai dihakimi, kalau dia bersalah biar hukum yang menjawab,” kata Rojali.
Tak lama setelah mengingatkan massa, dia melaporkan kejadian tersebut ke Bimaspol setempat. Oleh Bimaspol, laporan tersebut dilaporkan ke Polsek Babelan. Namun nahas, imbauan Rojali tak dihiraukan massa yang terlanjur mengamuk dan kemudian membakar MA hingga tewas.
Rojali sudah diperiksa polisi terkait kejadian ini. Polisi pun memastikan, MA diduga kuat mencuri ampli masjid sebelum dihajar massa dan dibakar hidup-hidup.
MA meninggalkan seorang istri yang sedang mengandung 6 bulan dan seorang anak berumur 4 tahun.
Sumber : Kumparan.com