Sebuah pesan viral menyebut waktu terbaik untuk berjemur adalah pada jam 10.00- 11.00 pagi. Dengan berjemur 15-30 menit di waktu tersebut, tubuh mendapat asupan vitamin D paling optimal.
“Pada jam tersebut tubuh kita paling aktif membuat D3 dari matahari, dengan hanya berjemur sekitar 15- 30 menit tubuh kita dapat membuat sekitar 10.000-20.000 IU vit D3, gratis,” demikian kutipan pesan tersebut.
Anjuran ini didukung oleh dr Tan Shot Yen, seorang ahli gizi komunitas. Dalam sebuah wawancara, ia menegaskan jam 10 pagi adalah waktu terbaik untuk berjemur.
“Yang kita butuhkan sebetulnya adalah ultraviolet B. Ultraviolet B ini gelombangnya lebih pendek. Itu sebabnya, kita harus tunggu sedikit mataharinya naik. Jadi, untungnya kita di khatulistiwa, jam 10 sudah ada. Itu adalah alasan kita jemurnya jam 10.00,” kata dr Tan.
Namun perlu diingat, sinar matahari juga mengandung sinar ultraviolet A. Menurut dr tan, sinar ultraviolet inilah yang harus dihindari karena bisa memicu kanker dan kulit keriput.
“Jadi jangan jemur sampai gosong. Bagi orang yang kulit putih, 15 menit aja cukup dan yang gelap 20 menit cukup,” jelasnya.
Profesor geriatri dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof dr Siti Setiati, SpPD, KGER, MEpid, dalam penelitiannya juga menyebut sinar matahari memberikan manfaat paling optimal pada siang hari.
“Iya, di atas jam 9, hasil penelitian saya tahun 2003. Mungkin perlu diteliti lagi karena sudah lama,” kata Prof Siti saat dikonfirmasi.
Sedangkan untuk menangkal paparan sinar ultraviolet A yang ‘jahat’ bagi kulit, aesthetiv consultant dari Ekle’s Clinic, dr Eklendro Senduk D, AAAM, MKes, mengatakan berjemur di waktu-waktu tersebut sebaiknya tidak lebih dari 15 menit.
“Selain itu juga tetap disarankan untuk memakai sunblock sebelum berjemur,” katanya.
Anjuran untuk berjemur juga banyak disampaikan terkait pandemi virus corona COVID-19. Paparan sinar matahari disebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh.
Baca juga: Benarkah Berjemur Bisa Cegah Virus Corona? Ini Faktanya